Di sebuah Madrasah Ibtidaiyah bernama MI Al-Falah, terdapat sekelompok siswa kelas V yang sangat beragam latar belakangnya. Ada siswa yang aktif sekali bertanya, ada yang sangat pendiam, ada pula yang semangat belajar PAI hanya ketika materi berkaitan dengan kisah nabi atau praktik ibadah. Guru PAI di sana, Bu Fatimah, sering merasa kebingungan karena bahan ajar yang ia gunakan bersifat umum dan kadang tidak sesuai dengan kebutuhan riil siswanya.
Suatu hari datang seorang mahasiswa praktikan dari jurusan Pendidikan Agama Islam bernama Ahmad, yang sedang menempuh mata kuliah Pengembangan Bahan Ajar PAI. Dalam salah satu tugas penelitiannya, Ahmad diminta melakukan Analisis Kebutuhan Peserta Didik agar dapat menyusun bahan ajar yang lebih sesuai.
Ahmad mulai melakukan observasi. Ia menemukan beberapa fakta menarik:
- Kenyataan di Lapangan menunjukkan bahwa sebagian siswa sangat senang belajar PAI jika dikaitkan dengan praktik keseharian, misalnya wudhu, salat, doa, atau kisah teladan Nabi. Namun, ada juga siswa yang cepat bosan jika hanya disuguhi teks dan hafalan.
- Masalah di Lapangan menunjukkan bahwa bahan ajar PAI yang ada di sekolah cenderung bersifat textbook oriented, sehingga kurang memberi ruang kreativitas dan pemahaman kontekstual.
- Harapan (Teori Pendidikan) dimana menurut teori belajar konstruktivisme (Vygotsky & Piaget) serta teori Hamalik dan Uno, pembelajaran efektif terjadi jika peserta didik diposisikan sebagai subjek aktif, dan bahan ajar harus sesuai kebutuhan spiritual, afektif, maupun kognitif.
- Solusi Alternatif. Ahmad menyimpulkan perlu ada pengembangan bahan ajar PAI berbasis kebutuhan siswa, misalnya:
1. Membuat modul interaktif dengan gambar, cerita islami, dan latihan praktik.
2. Menyusun lembar aktivitas yang mengaitkan materi PAI dengan peristiwa sehari-hari.
3. Memanfaatkan media digital sederhana seperti video pendek kisah Nabi atau animasi tata cara salat.
Untuk mendalami lebih jauh, Ahmad membagi analisisnya menjadi tiga aspek:
- Aspek Kognitif: Siswa perlu memahami materi PAI dengan runtut, bukan sekadar menghafal.
- Aspek Afektif: Siswa butuh contoh nyata agar nilai-nilai Islam tertanam dalam sikap sehari-hari.
- Aspek Psikomotorik: Siswa membutuhkan kesempatan untuk mempraktikkan ibadah, bukan hanya mendengar penjelasan.
Dengan hasil analisis ini, Ahmad merasa semakin jelas bagaimana ia harus merancang bahan ajar PAI yang tepat. Guru PAI, Bu Fatimah, juga merasa terbantu karena bisa menyesuaikan metode pembelajaran dengan kebutuhan siswa, tidak hanya terpaku pada buku teks.
Judul Penelitian
“Analisis Kebutuhan Peserta Didik dalam Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam di MI Al-Falah”
Latar Belakang Penelitian
- Kenyataan di Lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran PAI di MI Al-Falah masih berorientasi pada buku teks, siswa cenderung pasif dan hanya mengikuti instruksi guru.
- Masalah di Lapangan menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara materi di buku teks dengan kebutuhan riil siswa. Siswa merasa bosan dengan metode hafalan monoton.
- Harapan (Teoei Pendidikan dan Pembelajaran)dimana berdasarkan konstruktivisme (Vygotsky & Piaget) dan pendidikan Islam, peserta didik harus aktif. Bahan ajar PAI harus mengarah ke ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
- Solusi Alternatif perlu dikembangkan bahan ajar berbasis kebutuhan siswa seperti modul, lembar kerja, media interaktif, dan praktik langsung.
Rumusan Masalah
- Bagaimana kondisi pembelajaran PAI yang berlangsung di MI Al-Falah saat ini?
- Apa saja kebutuhan belajar peserta didik kelas V dalam mata pelajaran PAI?
- Bagaimana rekomendasi pengembangan bahan ajar PAI yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik?
Tujuan Penelitian
- Mendeskripsikan kondisi riil pembelajaran PAI di MI Al-Falah.
- Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
- Memberikan rekomendasi pengembangan bahan ajar PAI yang lebih sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Manfaat Penelitian
- Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi referensi pengembangan teori pembelajaran PAI berbasis kebutuhan peserta didik.
- Praktis:
1. Bagi guru dapat menjadi pedoman dalam menyusun bahan ajar PAI yang relevan.
2. Bagi siswa dapat membantu belajar dengan cara yang lebih menarik dan bermakna.
3. Bagi peneliti lain dapat menjadi dasar penelitian lanjutan terkait pengembangan bahan ajar PAI.
Instrumen Analisis Kebutuhan Peserta Didik dalam Pengembangan Bahan Ajar PAI
Pada penelitian yang dilakukan Ahmad di MI Al-Falah, instrumen sangat penting untuk mengumpulkan data mengenai kebutuhan belajar siswa. Instrumen ini terdiri dari tiga bagian utama: angket siswa, lembar observasi guru, dan pedoman wawancara. Dengan menggunakan instrumen ini, Ahmad dapat memperoleh data yang lebih lengkap, baik dari sisi siswa, guru, maupun kebijakan sekolah.
📌 1. Angket untuk Siswa Kelas V
(Skala Likert: 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Ragu-ragu, 4 = Setuju, 5 = Sangat Setuju)
A. Minat Belajar- Saya senang belajar Pendidikan Agama Islam (PAI).
- Saya lebih semangat belajar jika materi dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
- Saya merasa bosan jika pelajaran hanya berupa hafalan teks.
- Saya lebih mudah memahami materi jika guru menjelaskan dengan gambar, video, atau cerita.
- Saya lebih suka jika ada kegiatan praktik, misalnya salat, wudhu, atau membaca doa.
- Saya senang belajar dengan cara berdiskusi bersama teman.
- Saya ingin lebih banyak belajar tentang kisah Nabi dan teladan sahabat.
- Saya ingin pelajaran PAI mengajarkan cara berperilaku baik di sekolah dan rumah.
- Saya ingin ada latihan soal atau permainan agar lebih paham materi.
📌 2. Lembar Observasi Guru
(Dilakukan oleh peneliti/mahasiswa. Centang sesuai pengamatan: Ya / Tidak / Kadang-kadang)
A. Aktivitas Guru- Guru menggunakan bahan ajar dari buku teks.
- Guru mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa.
- Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya atau berdiskusi.
- Guru menggunakan media pembelajaran (gambar, video, alat peraga).
- Siswa tampak antusias saat pembelajaran berlangsung.
- Siswa banyak yang bertanya atau berpendapat.
- Siswa cepat bosan jika pembelajaran hanya berupa ceramah.
- Siswa lebih aktif jika ada praktik langsung (salat, wudhu, membaca doa).
📌 3. Pedoman Wawancara
(Dilakukan untuk Guru PAI dan Kepala Sekolah)
Pertanyaan untuk Guru PAI- Bagaimana Bapak/Ibu biasanya merencanakan pembelajaran PAI?
- Apakah bahan ajar yang digunakan sudah sesuai dengan kebutuhan siswa?
- Apa kendala yang sering Bapak/Ibu hadapi saat mengajar PAI?
- Menurut Bapak/Ibu, apa yang sebaiknya ditambahkan atau diperbaiki dalam bahan ajar PAI?
- Bagaimana kebijakan sekolah dalam mendukung pengembangan pembelajaran PAI?
- Apa saja fasilitas yang disediakan sekolah untuk mendukung pembelajaran PAI?
- Menurut Bapak/Ibu, apa kebutuhan utama siswa dalam belajar PAI di sekolah ini?
Dengan instrumen ini, Ahmad dapat melakukan triangulasi data yang lebih akurat. Angket diperoleh dari siswa, observasi diperoleh dari kelas, dan wawancara diperoleh dari guru serta kepala sekolah. Hasil akhirnya akan memberi gambaran utuh mengenai kebutuhan peserta didik dalam pembelajaran PAI di MI Al-Falah.
