Default Image

Months format

View all

Load More

Related Posts Widget

Article Navigation

Contact Us Form

404

Sorry, the page you were looking for in this blog does not exist. Back Home

Evaluasi Pembelajaran di MI Tunas Harapan

Kedatangan

Pagi itu, matahari mulai naik perlahan di atas sawah yang membentang luas. Jalan kecil yang berdebu mengantar langkah Anda menuju sebuah sekolah sederhana bernama MI Tunas Harapan. Gedung sekolah itu tidak besar, dengan enam ruang kelas, sebuah musholla kecil, dan satu ruang guru yang merangkap kantor kepala madrasah.

Sebagai mahasiswa pendidikan yang sedang menulis skripsi tentang Evaluasi Pembelajaran, hari itu adalah pertama kalinya Anda turun langsung untuk penelitian lapangan. Ada rasa berdebar, juga antusiasme.

Di ruang kepala madrasah, Anda disambut oleh Pak Rahmat, kepala MI Tunas Harapan. Wajahnya teduh, dengan kacamata yang sering melorot ke ujung hidung. Ia menyalami Anda dengan hangat.

“Selamat datang, Nak. Kami senang sekali ada mahasiswa yang mau meneliti di madrasah ini. Evaluasi pembelajaran memang penting, tapi seringkali jadi hal yang terabaikan,” katanya.

Anda mengangguk sopan. “Terima kasih, Pak. Saya ingin fokus melihat bagaimana proses evaluasi pembelajaran di kelas 5. Bagaimana guru menilai, apa tantangan yang dihadapi, dan bagaimana siswa merespons.”

Pertemuan Pertama dengan Kelas 5

Ruang kelas 5 tidak terlalu besar, dindingnya dipenuhi poster doa-doa harian, jadwal piket, dan tulisan ayat-ayat pendek. Di dalamnya ada 30 siswa dengan wajah bersemangat.

“Assalamu’alaikum, anak-anak. Hari ini kita kedatangan tamu. Ini Kakak mahasiswa yang sedang meneliti tentang cara belajar kalian,” kata Bu Sari.

“Wa’alaikum salam, Kak!” jawab mereka serentak. Suasana riuh, tapi hangat.

Anda duduk di pojok, mencatat, mengamati. Dari situlah, perlahan mulai terlihat beberapa masalah yang berkaitan langsung dengan evaluasi pembelajaran.

Masalah Pertama: Evaluasi Hanya Fokus pada Hasil Akhir

Hari itu, Bu Sari memberikan ulangan harian Matematika. Soalnya tentang pecahan. Setelah waktu habis, ia mengumpulkan lembar jawaban.

Namun Anda perhatikan, banyak anak terlihat bingung saat mengerjakan. Sebagian bahkan asal menebak.

“Bagaimana biasanya Bu Sari menilai kemampuan anak-anak?” tanya Anda pelan setelah pelajaran usai.
“Ya, seperti ini, Nak. Lewat ulangan tertulis. Nanti saya koreksi, lalu diberi nilai. Itu yang diminta dalam rapor,” jawabnya.

Catatan:

Evaluasi masih didominasi tes tertulis. Hanya menekankan hasil akhir, bukan proses. Anak yang rajin tapi nilainya kecil terlihat sama dengan anak yang malas. Aspek sikap dan keterampilan kurang terpantau.

Sore itu, seorang siswa bernama Bima mendekati Anda. “Kak, kalau aku nilainya jelek, apa aku bodoh?” tanyanya polos. Pertanyaan itu menusuk hati. Evaluasi yang terlalu fokus pada nilai angka membuat anak-anak merasa rendah diri.

Masalah Kedua: Kurangnya Variasi Instrumen Evaluasi

Pada pelajaran IPA, Bu Sari menjelaskan tentang siklus air. Ia memberikan tugas tertulis untuk menggambar.

Sebagian anak tampak senang, tapi banyak juga yang kebingungan. Hanya ada satu cara penilaian: lewat hasil gambar di kertas.

“Bu, apakah pernah menggunakan portofolio, penilaian praktik, atau observasi sikap?” tanya Anda hati-hati.
“Sebenarnya ada di kurikulum, Nak. Tapi keterbatasan waktu dan fasilitas membuat saya jarang melakukannya. Lebih cepat pakai tes atau tugas.”

Catatan:

Instrumen evaluasi kurang bervariasi. Tes tulis mendominasi. Aspek keterampilan, praktik, sikap jarang dievaluasi.

Ani, siswi kreatif, menunjukkan gambarnya pada Anda. Gambar itu sederhana tapi penuh warna. Namun ia berkata, “Aku suka menggambar, Kak. Tapi kalau pelajaran lain, aku sering takut salah.”

Anda sadar, banyak potensi anak yang tidak muncul karena evaluasi terlalu sempit.

Masalah Ketiga: Umpan Balik yang Kurang Efektif

Beberapa hari kemudian, Bu Sari mengembalikan hasil ulangan Matematika. Ia hanya menyebutkan siapa yang mendapat nilai tertinggi, lalu membagikan kertas.

Anak-anak yang nilainya tinggi tampak bangga. Tapi mereka yang nilainya rendah, seperti Bima, hanya menunduk. Tidak ada pembahasan soal, tidak ada arahan tentang di mana letak kesalahan.

Anda mendekati Bima. “Bim, sudah tahu salahnya di mana?”
Bima menggeleng. “Nggak tahu, Kak. Pokoknya salah. Jadi ya sudah.”

Catatan:

Umpan balik hampir tidak ada. Siswa tidak tahu di mana kesalahan mereka, sehingga sulit memperbaiki diri. Evaluasi hanya berhenti pada angka, tidak menjadi alat untuk belajar.

Diskusi dengan Kepala Madrasah

Sore harinya, Anda dipanggil ke ruang kepala madrasah. Pak Rahmat menatap Anda serius. “Jadi, apa yang sudah kamu lihat?”

p>Anda membuka catatan:

1. Evaluasi masih berfokus pada hasil akhir, bukan proses.

2. Instrumen evaluasi kurang bervariasi, lebih banyak tes tertulis.

3. Umpan balik kepada siswa minim, sehingga anak tidak tahu bagaimana memperbaiki kesalahannya.

Pak Rahmat menarik napas panjang. “Ya… itulah tantangan kami. Guru sudah berusaha, tapi banyak hal yang membatasi. Waktu, kurikulum, bahkan pemahaman kami tentang evaluasi yang ideal. Tapi saya yakin, evaluasi itu kunci. Kalau hanya angka, anak-anak bisa merasa gagal. Padahal mereka punya potensi lain.”

Momen Inspiratif

Beberapa hari kemudian, Anda mencoba sesuatu. Anda duduk bersama beberapa anak, lalu mengajak mereka membahas soal ulangan Matematika yang salah.

“Lihat, Bim. Di sini kamu salah menghitung pecahan. Kalau coba ulang dengan cara ini, hasilnya benar.”

Bima menatap kertasnya, lalu tersenyum kecil. “Oh… ternyata gampang ya, Kak. Aku bisa!”

Ani, yang selalu takut salah, akhirnya berani mencoba menjawab soal di papan tulis setelah Anda memberinya semangat.

Hari itu Anda melihat sesuatu yang berbeda, anak-anak sebenarnya bisa, jika diberi umpan balik yang tepat dan kesempatan mencoba ulang.

Refleksi

Malamnya, di buku harian penelitian Anda menulis:

Evaluasi pembelajaran bukan hanya soal memberi nilai. Evaluasi adalah cara untuk membantu anak belajar lebih baik. Jika hanya angka, anak bisa merasa gagal. Tapi jika ada variasi, ada umpan balik, dan ada perhatian pada proses, maka evaluasi menjadi jembatan untuk tumbuh.

Di MI Tunas Harapan, saya melihat tiga masalah utama, terlalu fokus pada hasil, kurang variasi instrumen, dan minimnya umpan balik. Namun di balik itu, saya juga melihat harapan: anak-anak yang haus bimbingan, guru yang tetap berjuang, dan kepala madrasah yang peduli.

Penelitian ini bukan sekadar tugas kuliah. Ini pelajaran hidup, bahwa evaluasi sejati adalah tentang menghargai usaha, bukan sekadar angka.”

Anda menutup buku itu dengan senyum kecil. Di madrasah sederhana itu, Anda belajar bahwa pendidikan bukan hanya mengukur kemampuan, tapi juga menyentuh hati.

Deskripsi Gambar
Baca juga :

Post a Comment

Pembelajaran Kelas Rangkap PDGK 4302 - Uji Kompetensi 2

Uji Kompetensi Mata Kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap PDGK 4302 Universitas Terbuka || Waktu Pengerjaan: 10:00 menit! Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR), atau disebut juga pembelajaran gabungan, adalah metode pengajaran di mana dua atau lebih kelas yang berbeda dipadukan dan diajar oleh satu atau lebih guru. Dalam pembelajaran kelas rangkap, siswa dari kelas yang berbeda dapat bergabung dalam satu kelas dan belajar bersama-sama dalam situasi yang lebih terpadu. Metode ini dapat membantu memaksimalkan penggunaan sumber daya dan memungkinkan guru untuk memberikan pengajaran yang lebih terfokus pada setiap siswa. Selain itu, siswa juga dapat belajar dari satu sama lain dan memperluas jaringan sosial mereka dengan siswa dari kelas yang berbeda. Namun, Pembelajaran Kelas Rangkap juga dapat menimbulkan tantangan dalam mengelola kelompok yang lebih besar dan memastikan bahwa setiap siswa mendapat perhatian yang memadai dari guru. Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan pembelajaran ...

Pembelajaran Kelas Rangkap PDGK 4302 - Uji Kompetensi 1

Uji Kompetensi Mata Kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap PDGK 4302 Universitas Terbuka || Waktu Pengerjaan: 10:00 menit! Mata kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) merupakan mata kuliah yang berkaitan langsung dengan tugas Anda sebagai guru SD/MI, terutama Anda yang berada di daerah terpencil yang pada umumnya mengajar dua kelas atau lebih secara bersamaan. Dengan mempelajari mata kuliah ini, Anda akan dibantu untuk memperoleh konsep-konsep dan prinsip PKR, serta keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengajar di dalam kelas, terutama dalam pembelajaran di dua kelas atau lebih dalam waktu yang bersamaan. Selain itu, Anda juga akan dibekali dengan kemampuan lain untuk mendukung PKR, misalnya dalam memanfaatkan lingkungan dan sumber belajar. Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan hakikat PKR; mengembangkan model pengelolaan dan pembelajaran kelas rangkap; mengorganisasikan kelas; memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar; menyusun...

Pelatih Ahli Fasilitator Sekolah Penggerak (FSP) - Uji Kompetensi 1

Uji Kompetensi Pelatih Ahli Fasilitator Sekolah Penggerak || Waktu Pengerjaan: 10:00 menit! "Fasilitator Sekolah Penggerak" adalah seorang guru yang bertanggung jawab dalam memimpin dan mengkoordinasikan program Sekolah Penggerak di sekolahnya. Program ini merupakan inisiatif Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah-sekolah yang menjadi bagian dari program ini. Tugas utama seorang Fasilitator Sekolah Penggerak antara lain adalah : Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan Sekolah Penggerak di sekolahnya Mengidentifikasi masalah-masalah pendidikan di sekolah dan mencari solusinya Mengembangkan program dan strategi pembelajaran yang inovatif dan efektif Mendorong dan memberikan pelatihan kepada guru-guru di sekolahnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam implementasi program Sekolah Penggerak di sekolahnya. D...

Bahasa Inggris Guru PAUD 4105 - Uji Kompetensi 1

Uji Kompetensi Mata Kuliah Bahasa Inggris Guru PAUD 4105 Universitas Terbuka || UTBK || Waktu Pengerjaan: 15:00 menit! Sebagai seorang guru bahasa Inggris, terdapat beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh guru PAUD. Guru bahasa Inggris harus mampu berbicara, membaca, menulis, dan mendengarkan bahasa Inggris dengan baik dan benar. Selain itu, guru juga harus memahami berbagai aturan tata bahasa (grammar) dan kosakata (vocabulary) dalam bahasa Inggris. Guru bahasa Inggris harus mampu merancang program pembelajaran yang efektif dan bervariasi, agar siswa dapat belajar bahasa Inggris dengan cara yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Saat ini, teknologi telah menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran. Seorang guru bahasa Inggris harus memiliki kemampuan untuk menggunakan teknologi pembelajaran seperti aplikasi atau perangkat lunak pembelajaran, video pembelajaran, dan lain-lain. Guru bahasa Inggris harus mampu memberikan pengajaran yang menarik, mudah...

Pelatih Ahli Fasilitator Sekolah Penggerak (FSP) - Uji Kompetensi 2

Uji Kompetensi Pelatih Ahli Fasilitator Sekolah Penggerak || Waktu Pengerjaan: 10:00 menit! Program Sekolah Penggerak adalah inisiatif dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui upaya kolaborasi antara pemerintah, sekolah, masyarakat, dan dunia usaha. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui kolaborasi antara Kemdikbud, pemerintah daerah, dan sekolah-sekolah yang menjadi bagian dari program ini. Program Sekolah Penggerak memiliki beberapa komponen utama, antara lain penguatan manajemen sekolah, peningkatan mutu guru, pengembangan kurikulum dan pembelajaran, serta penguatan komunitas sekolah. Dalam implementasinya, Sekolah Penggerak melibatkan beberapa pihak, seperti kepala sekolah, guru, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar. Program Sekolah Penggerak diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Peningk...

Materi Matematika Ekonomi dan Bisnis EKF1218 - Analisis dan Terapan Ekonomi (Model ARIMA)

Matematika ekonomi yang berkaitan dengan bidang bisnis dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga mata uang. Salah satu metode yang sering digunakan adalah analisis teknikal dan fundamental. Analisis teknikal memperhatikan data historis pergerakan harga mata uang dan mencoba menemukan pola atau tren yang dapat membantu memprediksi pergerakan harga di masa depan. Analisis fundamental, di sisi lain, mencoba memprediksi pergerakan harga mata uang berdasarkan faktor-faktor ekonomi dan politik yang mempengaruhi nilai mata uang tersebut. Faktor-faktor ini termasuk suku bunga, inflasi, stabilitas politik, dan kebijakan ekonomi. Suku bunga, inflasi, stabilitas politik, dan kebijakan ekonomi semuanya memainkan peran penting dalam menentukan kesehatan dan kinerja ekonomi suatu negara. Suku bunga adalah tingkat bunga yang dikenakan oleh bank sentral suatu negara terhadap pinjaman yang diberikan kepada bank-bank komersial. Suku bunga yang tinggi dapat menarik modal asing dan meningkatkan n...

Pengembangan Bahan Ajar Berbasis IT 11PP61903 - Uji Kompetensi 2

Uji Kompetensi Mata Kuliah Pengembangan Bahan Ajar Berbasis IT 11PP61903 Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum Jombang || Waktu Pengerjaan: 15:00 menit! Sebuah sekolah menengah di kota A ingin mengembangkan bahan ajar IT untuk mata pelajaran matematika. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah untuk membantu siswa memahami konsep matematika dengan lebih baik dan meningkatkan kemampuan mereka dalam mengolah data dan membuat grafik. Dalam tahap analisis, tim pengembang bahan ajar IT melakukan langkah-langkah sebagai berikut : Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah untuk membantu siswa memahami konsep matematika dengan lebih baik dan meningkatkan kemampuan mereka dalam mengolah data dan membuat grafik. Tujuan ini dapat diukur dengan meningkatnya nilai siswa pada ujian matematika dan penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Tim pengembang bahan ajar IT mengadakan survei dan wawancara dengan siswa dan guru untuk mengetahui kebutuhan siswa dalam memahami konse...