Di dunia trading, angka seringkali terlihat sederhana, namun realitanya penuh jebakan. Banyak trader percaya bahwa selama grafik menunjukkan tren bullish, peluang profit hampir pasti terbuka. Namun, benarkah semudah itu? Mari kita buktikan dengan logika matematika yang seringkali justru berlawanan dengan insting kita, misalnya, jika seorang trader membeli Bitcoin di harga 107,471 dengan target 109,471, maka terlihat jelas bahwa potensi keuntungan adalah 2,000 poin. Jika menggunakan 1 lot standar di forex (setara 100,000 unit), maka setiap 1 poin bernilai $1. Artinya profit kotor yang terlihat sederhana bisa mencapai:
Namun, kontradiksinya adalah: kenapa banyak trader justru rugi meski hitungan matematis sudah begitu jelas?
Ini seperti paradoks dalam ekonomi mikro: teori supply-demand sederhana terlihat logis, tetapi perilaku pasar seringkali tidak rasional. Harga bisa naik bukan karena permintaan tinggi, melainkan karena “market maker” atau “whales” yang mengatur likuiditas.
Lebih menarik lagi, dalam ekonomi makro kita bisa bandingkan dengan inflasi. Jika harga naik 2% per bulan, dalam setahun bukan berarti naik 24%, melainkan:
Hal yang sama terjadi dalam trading: perhitungan linear seringkali menipu, karena pasar bergerak dengan pola kompound (berlipat ganda) bukan sekadar penjumlahan biasa.
Jadi, ketika trader berkata, “saya hanya butuh 5% profit per hari untuk kaya,” kenyataannya itu kontradiktif. Secara teori, 5% × 30 hari = 150% per bulan, tetapi dalam praktik, probabilitas psikologi, kerugian beruntun, dan spread membuatnya hampir mustahil tanpa manajemen risiko yang matang.
Inilah alasan kenapa website Kuliah Waktu hadir: bukan hanya belajar trading, tetapi juga memahami ilmu ekonomi, psikologi pasar, dan perhitungan matematis yang nyata.

